Niat :
Perkataan ulama-ulama mengenai urgensi niat :
“Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal …
Berapa banyak amal yang remeh menjadi besar gara-gara niat dan berapa banyak amal yang besar menjadi remeh gara-gara niat.”
Pentingnya niat tergambarkan dalam hadits Nabi yang menceritakan tiga orang yang secara fisik mengerjakan amal kebajikan yang besar tetapi karena tidak dilandasi oleh niat yang ikhlas, maka ketiganya mendapatkan balasan neraka.
“Sesungguhnya orang yang pertama-tama diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Dia didatangkan ke pengadilan, diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka diapun mengakuinya. Allah bertanya,’Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku berperang karena Engkau hingga aku mati syahid’. Allah berfirman,’Engkau dusta. Tetapi engkau berperang supaya dikatakan,’Dia adalah orang yang gagah berani’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah seseorang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an. Dia didatangkan ke pengadilan, lalu diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca Al-Qur’an karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar dikatakan, ‘Dia adalah orang yang berilmu, dan engkau membaca Al-Qur’an agar dikatakan, ‘Dia adalah qari’ (pandai membaca)’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian diperintahkan agar dia diseret dengan muka tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberi kelapangan oleh Allah dan juga diberi-Nya berbagai macam harta. Lalu dia didatangkan ke pengadilan dan diperlihatkan kepadanya nikmat-nikmatnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, ‘Apa yang engkau perbuat dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab, ‘Aku tidak meninggalkan satu jalan pun yang Engkau suka agar dinafkahkan harta melainkan aku pun menafkahkannya karena-Mu’. Allah berfirman, ‘Engkau dusta. Tetapi engkau melakukan hal itu agar dikatakan, ‘Dia seorang pemurah’. Dan, memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu)’. Kemudian dia diperintahkan agar diseret dengan wajah tertelungkup hingga dilemparkan ke dalam neraka (HR. Muslim)
Mengapa mereka dibalas dengan adzab padahal secara fisik mereka menunaikan suatu amal kebaikan (bahkan termasuk amal kebaikan yang paling utama (infaq, jihad dan mengajar Al-Qur’an)) ?? Karena mereka telah menipu Allah.
Ikhlas :
Secara bahasa :
• Ikhlas berasal dari kata khalasha yang berarti bersih / murni
• Niyat berarti al-qoshdu, artinya maksud / tujuan
Secara istilah :
Ikhlasunniyat berarti membersihkan maksud dan motivasi kepada Allah dari maksud dan niat lain. Hanya mengkhususkan Allah Azza wa Jalla sebagai tujuan dalam berbuat.
Beberapa hal mengenai niat :
• Hakikat niat : Niat adalah tujuan yang terdetik dalam hatimu
• Niat ini merupakan amal hati secara murni, bukan amal lidah. (Maka dari itu tidak pernah dikenal dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam adanya niat dalam ibadah yang dilafazhkan. Tetapi yang kita lihat justru sebagian orang ada yang melafazhkan niat itu)
Urgensi Niat :
1. Merupakan ruhnya amal
Allah hanya menginginkan hakikat amal, bukan rupa dan bentuknya. Maka dari itu Dia menolak setiap amal yang pelakunya tertipu dengan amalnya. (Al-Hajj:37)
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya …” (Al Hajj : 37)
2. Salah satu syarat diterimanya amal
“Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal kecuali apabila dilaksanakan dengan ikhlas dalam mencari keridhaan-Nya semata.” (HR. Abu Daud dan Nasa’i)
Syarat diterimanya amal atau perbuatan :
1. Bersungguh-sungguh dalam melaksana-kannya
2. Ikhlas dalam berniat
3. Sesuai dengan syariat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah)
3. Penentu nilai/kualitas suatu amal. Satu jenis amal dapat berbeda nilai pahalanya berdasarkan perbedaan niatnya
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya bergantung kepada niat. Dan, setiap orang hanya memperoleh menurut apa yang diniatkan. Barangsiapa hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya kepada dunia yang ingin didapatkannya, atau wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya kepada apa ditujunya.” (HR. Al-Bukhary, Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzy dan An-Nasa’y)
4. Dapat merubah amal-amal yang mubah dan tradisi menjadi ibadah.
Pekerjaan mencari rezki bisa menjadi ibadah dan jihad fi sabilillahi selagi pekerjaan itu dimaksudkan untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan mencari yang halal.
Bahkan yang lebih mengagumkan lagi, nafsu seksual yang disalurkan orang Mukmin kepada yang halal, bisa mendatangkan pahala di sisi Allah.
“’Dalam persetubuhan salah seorang di antara kalian terdapat shadaqah’. Mereka bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah salah seorang di antara kami melampiaskan birahinya dan dia mendapat pahala karenanya?’ Beliau menjawab, ‘Bagaimana menurut kalian jika dia meletakkannya pada yang haram, apakah dia mendapat dosa? Begitu pula jika dia meletakkannya pada yang halal, maka dia mendapat pahala’.” (HR. Muslim)
5. Mendatangkan berkah dan pahala dari Allah, bahkan sebelum ia melaksanakan amalnya
“Allah Azza wa Jalla berfirman, “Jika hamba-Ku hendak mengerjakan suatu keburukan, maka janganlah kalian (para malaikat) menulisnya sebagai dosa hingga dia mengerjakannya. Jika sudah mengerjakannya, maka tulislah satu dosa yang sama dengannya, dan jika dia meninggalkannya karena Aku, maka tulislah satu kebaikan baginya. Dan, jika dia hendak mengerjakan satu kebaikan namun belum mengerjakannya, maka tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia sudah mengerjakannya, maka tulislah baginya sepuluh (pahala) kebaikan yang serupa dengannya hingga tujuh ratus kebaikan”. (Diriwayatkan Al-Bukhary dan Muslim)
“Barangsiapa menghampiri tempat tidurnya, sedang dia berniat hendak bangun untuk shalat dari sebagian waktu malam, namun dia tertidur hingga pagi hari, maka ditetapkan baginya seperti yang diniatkannya, dan hal itu merupakan shadaqah atas dirinya dari Rabbnya.”
“Barangsiapa sungguh-sungguh memohon mati syahid kepada Allah, maka Allah menghantarkannya ke kedudukan orang-orang yang mati syahid, sekalipun dia mati di atas tempat tidurnya”
Cara Menumbuhkan Niat Ikhlas :
1. Senantiasa meluruskan niat sebelum mulai beramal.
Sediakan waktu sejenak setiap akan memulai suatu amal untuk memastikan bahwa dorongan motivasi beramal itu memang benar-benar untuk semata-mata mencapai keridhaan Allah dan bukan untuk ambisi-ambisi lainnya. Setelah niat dalam diri benar, barulah beramal.
2. Menyerahkan segala cintanya hanya kepada Allah, rasul dan akhirat
3. Ilmu yang mantap
Ikhlas tidak bisa menjadi sempurna kecuali dengan membaca dan mengamati kandungan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang membicarakan masalah itu atau membaca perkataan orang-orang shalih. Tidak mungkin seseorang menghadap ke sesuatu di luar jangkauan pengetahuannya.
4. Berteman dengan orang-orang yang ikhlas
Agar bisa mengikuti irama langkah mereka, mengambil pelajaran dari mereka dan mencontoh akhlak mereka.
5. Membaca sirah orang-orang Mushlih
Mengenali kehidupan mereka, mengikuti jejak dan petunjuk mereka.
6. Mujahadah terhadap nafsu
Maksudnya, mengarahkan kehendak untuk memerangi hawa nafsu yang menjurus kepada keburukan, mengendalikan egoisme dan kecenderungan kepada keduniaan, hingga ikhlas karena Allah.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-‘Ankabut : 69)
7. Berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah.
Selengkapnya...