Segala Puja dan Puji bagi Alloh Robbku dan Robbmu..... Untuk Semua Selamat Datang Di Blog ini......... "Taman Orang-Orang Jatuh Cinta"..........Mari Berbagi kasih, berbagi Ilmu dan Berbagi Informasi.......Semoga Bermanfaat.......Sebelum Anda Pamit Dan Meninggalkan Blog ini Dipersilahkan untuk Mengisi Buku Kunjungan Yang Telah Disediakan "Terima Kasih"
Taman Orang-Orang Jatuh Cinta

Sabtu, 28 November 2009

Sistem Dan Watak

Semua anak-anaknya marah. Tapi ia hanya bias menangis, ia mengerti keneapa mereka marah. Mereka terpaksa harus turut merasakan pahitnya sebuah pertaubatan. Sejak ia jadi seorang kholifah seluruh anak-anaknya tidak lagi menikmati hidangan enak.

Semua anak-anaknya marah. Tapi ia hanya bias menangis, ia mengerti keneapa mereka marah. Mereka terpaksa harus turut merasakan pahitnya sebuah pertaubatan. Sejak ia jadi seorang kholifah seluruh anak-anaknya tidak lagi menikmati hidangan enak.

Pilihan itu sungguh pahit, namun itulah jalan satu-satunya. Ia tidak rela ‘menggembirakan’ anak-anaknya dengan kenikmatan dunia, bila ia harus ditebus dengan jilatan api jahannam. Gambaran itu hanya sebagaian kecil dari kisah panjang nan luar biasa ‘keadilan sosial’ dalam sejarah hidup Umar bin Abdul Aziz. Hanya dalam waktu dua tahun lima bulan, separoh penduduk bumi yang berada di bawah naungan khilafahnya, tidak lagi berstatus penerima zakat, subhanalloh sungguh mengagumkan luaaaaaaar biasa…..

Keadilan social rupa-rupanya bukan hanya sekedar sebuah system. Amerika yang sombong dengan segala kecanggihan teknologinya tidak mampu dan tidak berhasil menghapuskan tingkat kemiskinan, kejahatan dan pengangguran di negaranya. Sebelum mengkristal enjadi kenyataan focus akan keadilan sosial sebenarnya berawal dan berujung pada dua titik yaitu system dan watak

System akan menjadi sebuah realitas jika ia mampu menjelma sebagai watak dan karakter dalam diri para inspiratornya. Keadilan social bukan hanya sekadar system distribusi. Tapi lebih dari itu, ia adalah watak dari decision maker sebuah komunitas.

Di atas panggung realitas, pementasan sebuah system menuntut adanya konsekuensi watak tertentu. Dan sebagai system, keadilan social menuntuk watak tajarrud, waro’, mas’uliyah, ikhlas, tsabat dan istiqomah, kekuatan sebuah system tidak hanya terletak pada sisi kebenaran yang di kandungnya tapi juga pada pribadi yang melakukannya, kebenaran sebuah system akan mencair dan tidak berdaya ketika system tersebut berada pada tangan-tangan korup.

Kaidah sosial inilah yang mengikat erat watak dan waro’ dan tajarrud Umar bin Abdul Aziz dengan makna keadilan social.

Dalam sejarah tidak ada yang pernah berhasil menerapkan sebuah system apapun, selama system itu belum menjelma menjadi watak para pendukungnya, sebab tanpa watak kecerdasan setani manusia selalu sanggup memberi "pembenaran" terhadap setiap kesalahan yang dilakukannya. manusia yang berwatak keadilan sosial mendapatkan motivasi cara dan pengawasan atas segala gerak geriknya. Proses itu berlangsung dalam sebuah mekanisme iman yang terpola dalam watak-watak seperti rasa tanggung jawab, amanah, tajarrud, hati-hati, zujud, dll. Keadilan sosial yang mengakar dalam mekanisme internal seperti ini. seringkali memunculkan manusia-manusia baru yang lebih ideal dari idealisme hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar